All posts by admin

Berita Duka

Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un

Telang berpulang ke sisi Allah SWT, b.e. J. J. Dt. Maharajo penghulu suku Piliang pada hari Senin 26 November 2007 pukul 7:45 pagi di Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta. Jenazah di makamkan ba’da Ashar pada hari yang sama di TPU Tanah Kusir Jakarta. Keluarga yang ditinggalkan beserta segenap anak kemenakan Dt. Maharajo mohon maaf atas kesalahan & kekhilafan almarhum semasa hidupnya.

Banyak Pihak Kecewa Rohana Gagal Jadi Pahlawan Nasional

PADANG- Gagalnya Rohana Koeddoes menerima anugrah pahlawan nasional tahun ini, orang yang paling kecewa adalah Basril Basyar, ketua PWI Sumatera Barat.

Bagaimanapun, perjuangannya bersama PWI dan Himpunan Wanita Karya (HWK) sebuah organisasi wanita menyelenggarakan seminar Rohana Koeddoes bulan Mei lalu seolah tak ada artinya.

”Saya adalah orang yang paling kecewa. Sangat kecewa. Kami sudah mencoba maksimal memenuhi persyaratan yang seharusnya diajukan agar Rohana bisa diusulkan sebagai pahlawan nasional. Sepertinya semua persyaratan sudah kami penuhi. Termasuk rekomendasi dari segala lapisan masyarakat. Tapi kurangnya dimana lagi?” ucap Basril balik mempertanyakan.

Selain Basril, Dra Yasnida Syamsuddin, anggota DPRD kota Padang yang juga ikut terlibat dan tunggang langgang saat penyelenggaraan seminar, jadi patah arang. Padahal semangat juangnya ketika menyeminarkan Rohana termasuk tinggi bahkan bisa disebut luar biasa.

”Saya tidak tahu kenapa Rohana gagal jadi pahlawan nasional. Kami dengan panitia sudah mempersiapkan semua persyaratan. Bahkan ketika diminta kajian ilmiah, panitia pun sebetulnya juga mendukung. Tapi kenapa bisa gagal?” kata Yasnida sama terheran dengan Basril Basyar.

Ditambahkan Yasnida, ketika usulan dan berkas-berkas yang harus dilengkapi panitia seperti dimintakan Depsos sudah lengkap, selengkap-lengkapnya. Hanya saja, permintaan Masyarakat Sejarah Indonesia (MSI) yang dinilai mengada-ada dengan keharusan melakukan kajian ilmiah, masih tanda tanya dalam pikiran Yasnida.

”Kajian ilmiah itu seperti apa? Apakah seminar tidak sebuah kajian ilmiah? Kenapa MSI menuntut kajian ilmiah lagi?” kata Yasnida melepaskan unegnya.

Sedangkan bagi Sastri Bakry, ketua HWK yang menjadi motor dalam pelaksanaan seminar Rohana Mei lalu, menilai untuk sebuah perjuangan dalam waktu singkat mengusulkan Rohana sudah cukup. Tapi kenyataan ini sangat mengecewakan karena tidak sebanding dengan apa yang telah diperbuat Rohana .

” Apakah pahlawan itu harus militer? Lagian kita tidak tahu alasan penolakannya dengan pasti. Karena saat terakhir sudah oke dan saya diminta depsos mengirimkan foto rohana. Kita sudah kirim. Kalau tidak kita penuhi mungkin kita paham. Tapi kita tunggang langgang menyiapkan foto permintaaan mereka tapi penolakan mereka juga tidak ada,” jelas Sastri.

Bagaimanapun, sejarah tetap mencatat. Rohana adalah pahlawan bagi masyarakat Sumatera Barat. Tak ada orang Minangkabau yang tak tahu dengan kiprah Rohana. Kerja keras dan bukti nyata telah memberikan hasil bagi Kotogadang yaitu Amai Setia. (nit)

Sumber: www.padangmedia.com

Suksesnya Pencairan Bantuan Korban Gempa Tergantung Kebenaran Data

Agam, Singgalang .
Sukses atau tidaknya pencairan dana bantuan korban gempa Maret lalu, tergantung pada kebenaran data, terutama soal data rumah masyarakat yang rusak serta infrastruktur lainnya. Guna menghin­dari adanya kekeliruan data, mesti dilakukan sosialisasi dan pengumuman terhadap calon penerima bantuan. Untuk masalah ini, Pemkab Agam tidak menginginkan saat di­cairkannya dana bantuan bencana ditemukan kekeliruaan data. Dampak dari data yang salah itu jelas tidak menyentuh semua masyarakat yang terkena korban bencana alam serta merugikan warga. Sebelum Pemkab mencairkan dana tersebut, bakal digelar sosialisa­si dengan mengumumkan hasil data sementara nama-nama pemilik rumah yang mengalami rusak akibat gempa. Dengan dilaksanakannya sosialisasi dan pengumuman daftar nama sementara, bisa diharap­kan adanya masukan jika ada masyarakat yang tidak terdaftar namanya dalam data dimaksud.

“Ini lebih bagus ketimbang nanti muncul masalah. Lagi pula, yang menjadi rugi lantaran kesalahan data adalah masyarakat yang menjadi korban gempa,” sebut Wakil Bupati Agam, Ardinal Hasan menjawab Singgalang kemarin di Lubuk Basung. Dikatakan, bila ada warga yang tidak tercantum namanya, masih ada harapan untuk segera melaporkannya pada tim nagari atau kabupa­ten. Begitu juga sebaliknya. “Nah, bila tak ada masalah lagi, maka bantuan baru bisa di­cairkan. Kita sangat hati-hati sekali dalam masalah pencairannya. Jangan sampai pula ada pepatah, rumah sudah, tokok babunyi ,” ucap wabup lagi. Disebutkan, bantuan bencana ini bakal digulirkan secara bertahap. Tahap pertama tidak ada masalah, maka dilanjutkan tahap kedua. Untuk itu, peran walinagari sangat diharapkan sekali. Karena, walinagari paling tahu dengan kondisi masyarakatnya. Apalagi, walinagari sering berhadapan langsung dengan rakyatnya.

“Kita minta walinagari berperan aktif soal yang satu ini,” pinta Ardinal. Sebelumnya, Wakil Bupati Ardinal, dalam rapat dengan tim kenagar­ian dan tim kecamatan beberapa waktu lalu, mengatakan sebelum bantuan dicairkan terlebih dahulu dilakukan uji kebenaran data yang sudah ada. Kalau memang kebenaran data itu sudah benar, maka dana bantuan itu dicairkan sesuai dengan ketentuan. “Uji publik lewat sosialisasi juga mempunyai waktu yang cukup panjang. Dengan harapan masyarakat dapat menyampaikan hal-hal yang mungkin untuk perbaikan data calon nama-nama penerimaan bantuan itu. Tidak tertutup kemungkinan terdapat kekurangan atau kelebihan,” ulasnya lagi. Selain itu, kepada para camat dan walinagari sebagai tim verifi­kasi diminta supaya segera menyampaikan kepada tim kabupaten. Bila terdapat kesalahan pada daftar nama-nama sementara yang ditempelkan pada lokasi-lokasi strategis, secepatnya diperbaiki. n216

Sumber: Singgalang Online

Bupati Agam Aristo Munandar Bicara Potensi Daerah, Kampung Memproduksi, Rantau Memasarkan

Potensi daerah Kabupaten Agam yang sangat lengkap membutuhkan peran maksimal dari kalangan perantau untuk mengembangkannya. Semangat barek sapikua , ringan sajinjiang serta program peduli kampuang yang sejak lama dikumandangkan pemerintah Kabupaten Agam menjadi catatan penting yang selama ini menjadi motivasi luar biasa bagi Pemkab Agam untuk memacu pertumbuhan ekonomi.

Secara spesifik, kekayaan potensi alam yang komplit didominasi potensi wisata yang didalamnya bisa dikembangkan berbagai aktivitas ekonomi diakui masih belum berkembang optimal sesuai harapan. Namun, arah pengembangan yang dibuktikan dengan peran perantau serta kegiatan ekonomi yang sudah dilaksanakan beberapa tahun terakhir telah memperlihatkan perubahan cukup signifikan. Bupati Agam H.Aristo Munandar kepada Padang Ekskpres menyebutkan, tim ekonomi yang dibentuk Pemkab Agam mampu melakukan terobosan di berbagai lini bahkan sudah sukses meletakkan berbagai konsep penting yang beberapa waktu ke depan bisa menjadi tonggak kegiatan ekonomi yang mengarah pada upaya peningkatan ekonomi masyarakat.

Aristo Munandar mengaku, pihaknya bersama jajaran terkait di Pemkab Agam lebih memprioritaskan kokohnya pondasi, konsep dan strategis ekonomi untuk pengembangan ekonomi sejak dini. Karena dengan konsep dan strategi yang jelas dan terarah tersebut akan memudahkan pemerintah, kalangan usaha dan berbagai komponen lain untuk menggarap berbagai potensi yang dimiliki daerah. Diakui, untuk memperkokoh pondasi tersebut butuh kajian dan pembahasan yang matang, termasuk upaya pendekatan yang dilakukan dengan berbagai pihak, terutama kalangan perantau Kabupaten Agam.

Aristo Munandar selaku bupati Agam mengaku bangga karena para pengusaha sukses dan saudagar Minang yang beberapa waktu lalu menggelar hajatan dan silaturrahmi serta mempersiapkan program pengembangan potensi ekonomi daerah – justru didominasi perantau dan saudagar asal Kabupaten Agam. Hal itu disebutkannya sebagai kekuatan luar biasa bagi masyarakat Kabupaten Agam untuk mendorong dan mempercepat pertumbuhan ekonomi yang selama ini sudah dipersiapkan. “Bahkan kita secara khusus melakukan bahasan dengan saudagar Minang asal Kabupaten Agam dalam silaturrahmi saudagar Minang (SSM) lalu dan mendapat respons positif serta menghasilkan beberapa kesepakatan penting untuk membangun Agam secara utuh,” tegasnya optimis.

Aristo Munandar meyakinkan, potensi perantau Agam yang luar biasa sudah mempersiapkan program pendukung untuk pengembangan potensi daerah. Saat ini justru pemerintah bersama masyarakat Agam dituntut untuk mempersiapkan diri. Walau belum mengecurut secara spesifik berkait program pengembangan potensi ekonomi daerah. Namun jajaran terkait Pemkab Agam sudah mempunyai kesamaan visi dengan kalangan perantau untuk memadukan kekuatan demi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Potensi yang kini menjanjikan, terutama bidang pariwisata, perkebunan, kerajinan, industri menengah-kecil, perikanan darat-laut, pertanian, peternakan dan lainnya – kini dalam pembahasan serius untuk diolah maksimal sesuai program yang sudah disusun. Bupati Agam Aristo Munandar menyebutkan, pihaknya sudah satu visi dengan kalangan perantau dan saudagar asal kabupaten Agam , untuk membantu pengembangan potensi ekonomi di daerah. “ Kampuang memproduksi , rantau memasarkan, itu komitmen awal yang akan digarap lebih maksimal,” ulasnya.

Produksi di kampung halaman saat ini sudah cukup banyak, terutama hasil perkebunan sayur di wilayah Timur Agam, produksi ikan air tawar di danau Maninjau, industri kerajinan sulaman di IV Angkek, pandai besi di Sungaipuar dan berbagai potensi lain diharapkan didukung oleh pasar yang kuat di perantauan yang didukung para perantau dan saudagar asal Agam itu. Selain itu, diharapkan perantau memberi dukungan dan investasi usaha di kampung halaman, mengingat luar biasanya potensi wisata daerah, seperti danau Maninjau, potensi laut Tanjung Mutiara, Ambun Pagi, Puncak Lawang, Gunung Merapi-Singgalang, Ngalau Kamang dan potensi lain.

“Potensi wisata Agam sangat menjanjikan karena menjadi objek kunjungan Internasional oleh para wisata dari berbagai daerah di nusantara dan warga negara asing,” ulas Aristo. Selain itu, potensi perkebunan di wilayah Barat Agam sampai ke Palupuah sangat menjanjikan jika digarap lebih maksimal, apalagi saat ini potensi yang dimiliki sudah menjadi bagian penting untuk pendapatan asli daerah dan ekonom masyarakat. Sebelumnya, dukungan kalangan perantau pada masyarakat di kampung halaman sendiri sangat luar biasa hanya saja butuh strategi dan arah yang lebih fokus.

Sehingga program ekonomi tak hanya untuk pengembangan potensi yang dimiliki Agam, tapi secara khusus bisa mendorong upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat seiring program pengentasan kemiskinan berbasis mesjid yang sudah digelar setahun terakhir. Aristo optimis dengan agenda yang disusun sekaligus persiapan yang sedang dilakukan unsur terkait di Pemkab Agam – program yang sudah dibahas bersama kalangan perantau itu bisa terealisasi. “Potensi daerah Agam sangat menjanjikan namun butuh dukungan berbagai komponen masyarakat untuk merealisasikannya , kita sangat berharap akan dukungan itu,” tegas Aristo Munandar lagi. (***)

Sumber: Padang Ekspres

Halal Bihalal Kotogadang

Halal Bihalal Kotogadang 1427 H akan dilaksanakan pada:

Hari/Tanggal : Minggu, 5 November 2006
Waktu : 09:00 – 14:00
Tempat : Auditorium Gedung Departemen Tenaga Kerja & Transmigrasi
Jl. Gatot Subroto kav 51 Jakarta Pusat

Busana khas Kotogadang

* Urang Gaek : baju kurung-kain jawo-selendang
* Pasangan mudo : baju kurung-selendang suji, sarawa jawo-baju cino-sarung bugis merah
* Anak bujang : baju cino-sarawa jawo-sarung batik
* Anak gadih : baju kurung-kain panjang-selendang

OOOoiii……. ANAK NAGARI KOTOGADANG BILO KAMPUANG KO KA ELOK KO …….????

Teringat tulisan Engku.J.O Lembang Alam dalam “ KOTOGADANG DIPERSIMPANGAN JALAN “ Taraso bana di hati dan tabayang ketika beliau berbicara.
Apo lah memang HARUS saat ini berbicara Blak-blakkan bana kito, agar orang baru bisa sadar.
Selama ini saya menulis sangat netral, sangat berusaha tidak menyinggung pribadi atau Organisasi tertentu, tapi betul-betul secara umum dan penuh kiasan tentang Kotogadang. Saya berusaha mengetuk pintu hati Anak Nagari…. Karena ada sebahagian dari mereka sudah ditutupi debu kebencian, Sentimen pribadi dan keserakahan untuk dihargai, disanjung dan dimuliakan, Agar mau berbalik meninggalkan itu semua dan kembali kepada kemurnian niat dan kesucian hati untuk membangun kampung halaman tercinta.
Tetapi setelah saya lihat , saya Nilai dan saya perhatikan ternyata betul-betul banyak yang tidak peduli, Baik dalam bertindak maupun bersikap untuk Nagari Kotogadang.
Dari sebahagian kecil yang mempunyai niat suci tadi…. itupun sudah diboncengi oleh orang-orang yang kemaruk dengan hal-hal lain.
Dalam kondisi Kampung sudah ditimpa MUSIBAH , kampung sudah RUSAK, Masih ada orang yang TEGA memaksakan kehendak dan keinginan pribadi atau kemauan segelintir orang untuk dituruti.
Masih ada manusia yang berhati IBLIS yang bermain politik untuk mengadu domba dan ingin menciptakan kehancuran baru bagi Kotogadang dengan memecah belah NINIK MAMAK, ALIM ULAMA, ANAK NAGARI Kotogadang agar masalah tidak kunjung selesai di Kotogadang.
Kalau memang semua ingin berbuat baik …. Kenapa harus memaksakan kehendak atau keinginan kepada orang lain….?? Bukankah dalam ADAT…. “MUFAKAT” diatas segalanya.
ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH. SYARAK MANGATO ADAT MAMAKAI.
Ulangilah kata-kata ini berkali-kali dan artikan menurut nurani masing-masing.
Kembalikanlah seluruh niat baik tadi kedalam hati kita masing-masing dan ukurlah kemampuan diri kita…… sanggupkah kita untuk melaksanakannya…?? Kalau tidak….!
Seperti sabda Nabi Muhammad S.A.W “ Berikanlah suatu pekerjaan itu kepada yang Ahlinya.. Apabila ini tidak dilakukan maka tunggu sajalah kehancurannya “
MANCALIAK CONTOH KA NAN SUDAH, MANCALIAK TUAH KANAN MANANG.
Kalau saat ini ….. SUMBANGAN yang merupakan AMANAH dari para Dermawan yang menyumbang untuk Kotogadang, kenapa harus ditahan…???!
Salurkanlah seperti keinginan para penyumbang ke kampung halaman, jangan diatur dan dipergunakan sendiri seperti HARTA PRIBADI.
Kotogadang sampai saat ini belum bergerak ….. Bukan seperti nagari orang lain yang sama-sama ditimpa Bencana, mereka sudah mulai berbenah diri.
Jalan arah ke Koto Kaciak mau putus…. Rumah Anak Nagari ada yang rusak Berat, Masjid di Tapi sampai detik ini belum ada tanda-tanda dimulai pembenahannya (Semenjak GORO Anak Nagari) apalagi terlihat dibangun…
Untuk WC Masjid di Tapi saja sampai detik ini belum ada perbaikan, padahal daerah Tapi merupakan Sentral di Kotogadang yang pasti banyak didatangi Tamu maupun Anak Nagari yang pasti membutuhkan Air dan sarana Kebersihan di Kampung.
Belum lagi sekolah, Rahmatuniswan, taman kanak-kanak dan banyak lagi….
MATA apa yang dipakai kali ini untuk melihat semua itu sehingga tidak nampak oleh kita…. ??
Orang di Daerah lain Bingung…. DENGAN APA AKAN MEMBANGUN NAGARI NYA karena memang dana belum ada atau masih sangat kurang. Sementara kita…. Bingung…… SIAPA YANG AKAN MENGERJAKANNYA … ?? Begitu kata seorang Anak Nagari R.Z St. Mancayo kepada saya.
Karena semua merasa lebih berhak, merasa lebih pantas dan merasa lebih Ahli dan lebih pintar……. Akhirnya membuat keadaan menjadi tidak pasti.
PONTEN di Tapi alah balumuik dan mulai Rangkah, WC Masjid di Tapi alah babaun Bangkai…. Jan sibuk Barencana…. Maetong pitih dan bapidato Juo lai………
BILO KARAJO TU KA DIMULOI……??

Tertanda

SAROK TAPI

ANAK KEMANAKAN DI RANTAU PEDULI “MESJID TAPI” PASCA GEMPA

ANAK KEMANAKAN DI RANTAU PEDULI “MESJID TAPI” PASCA GEMPA
oleh : A. R St. Indra Bungsu.

Assalamu’alikum warrahmatullahi wabarokaatuh
Untuk warga dan pecinto Kotogadang kami sampaikan artikel ini untuk menunjukkan bahwa kito warga dan pecinto Kotogadang di seantero jagad ko sangat peduli dengan musibah gempa yang terjadi pada tanggal 6 Maret 2007 yang lalu di Kotogadang.
Berikut di sampaikan proses kepedulian itu lengkap dengan daftar penyumbang yang telah diterima sampai dengan tanggal 1 April 2007.

Siang hari Selasa tgl 6 Maret 2007 menerima SMS bahwa telah terjadi gempa di Sumatra Barat, termasuk di kanagarian Kotogadang.
Reaksi atas kejadian musibah itu, Pengurus Kerapatan Niniak Mamak Panghulu Nan XXIV Nagari Kotogadang langsung membuka Posko di Jl. K. H. Achmad Dahlan No. 12, Kebayoran Baru mulai jam 17:00 wib sampai selesai berikut seterusnya pada jam yang sama.
Tindakan pertama adalah dengan berangkatnya Sekretaris Pengurus KNMKG, b.e. A.S Dt. Perpatih bersama e. M.A.Y. St. Sinaro keesokan pagi harinya jam 06:35 wib terbang ke Kotogadang.
Sore harinya Posko langsung mendapatlaporan dari b.e. A.S Dt. Perpatih melalui handphone yang di dengar juga oleh semua yang hadir pada waktu itu.

Sekumpulan ibu-ibu pengajian “Kamis”, mengetahui bahwa b.e. dt. Perpatih akan ke Kotogadang, segera dengan ringan tangan menyerahkan sejumlah uang agar dapat dimanfaatkan setibanya di Kotogadang sesuai dengan informasi SMS yang diterimanya.

Lebih kurang jam 11:00 wib tiba di Kotogadang dan langsung memantau situasi dan kondisinya.
Kerusakan yang cukup parah dan sangat perlu segera penanganan ialah Unit Air Bersih.

Pada tgl 8 Maret 2007, sahari sesudah b.e. Dt. Perpatih “turba”, kemudian bertemu dengan Wali Nagari, Tuanku nan Barampek, Pengurus Masjid, Warga dan Anak Nagari yang memintak supayo segera membangun Mesjid-Tapi kebanggaan kito.

Sekembalinya di Jakarta tgl 10 Maret 2007, keesokan harinya tgl 11 Maret 2007 diadakan pertemuan di Posko untuk mendengarkan carito keadaan Kampuang tu…. langko’ dengan gambar-gambarnya.

Presentasi ini di hadiri oleh 12 Datuk, Cadiak Pandai seperti a.l. e. M.A. Moezbar Maharajo Basa, Engku Masril Rangkayo Ameh, e. Nurmeiman Usman St. Sari Alam, e. Aidil Yuzar dan banyak lagi yang lainnya.

Selesai presentasi langsung dibentuk “Tim Penanggulangan Musibah Gempa Kotogadang, khususnya untuk Rehabilitasi dan Pembangunan Prasarana Ibadah Mesjid-Tapi dan Prasarana Air Bersih Kotogadang” yaitu Tim Teknis, Tim Pengumpulan Dana dan Bendaharawan berdasarkan surat Keputusan KNMPN No. 001/P/KNMPN-XXIV/III/2007.
Tim Teknis terdiri dari e. A. Fauzi St. Rajonaando, e. Qamaruzzaman St. Nan Labiah, e. M.A.T St. Sinaro dan e. N. Acang St. Maruhun.

Tim nantinya akan menjadi suatu Kepanitiaan Besar dengan berkoordinasi dengan dunsanak-dunsanak dari Kotogadang, Padang, Medan, Pakan Baru dan kota-kota lainnya.

Pada tgl 19 Maret 2007 di Posko dibentuk Panitia Ad Hoc terdiri dari b.e. Azril N, Dt. Marahbangso, e. M.A. Moezbar Maharajo Basa, e. Nurmeiman U. St. Sari Alam, Rky. Yusni Adrijanto, e. A. Fauzi St. Rajonaando, e. Aidil Yuzar, b.e. A.R. Dt. Tan Muhammad, untuk membentuk Panitia Rehabilitasi Mesjid dan Unit Air Bersih Kotogadang.
Pada tgl. 1 April 2007 diadakan Pertemuan untuk memutuskan/mensyahkan Kepanitiaan itu.
Tepat jam 10:30 wib acara dibuka oleh Sekretaris Pengurus KNMKG yang kemudian dilanjutkan oleh Ketua Pengurus KNMKG, b.e. Dt. Palindih.
Sesudah Ketua menerangkan secara kronologis mengapa dibentuk Kepanitaan ini, acara dilanjutkan dengan penjelasan dari Ketua Panitia Ad Hoc mengenai pembentukan Kepanitiaan.
Acara kemudian ialah penyerahan S.K. Pembentukan Panitia Pembangunan Mesjid Tapi dan Rehabilitasi Air Bersih (PPMTRIAB)Kotogadang kepada ketuanya, b.e. Dt Tan Muhammad.

Mudah-mudahan engku-engku di seluruh Indonesia dan di luar nagari dapat melihat dan memahami niat kebersamaan untuk membangun kembali Kotogadang.

Amin ya rabbal alamin.

Catatan:
Pada Rapat pertama dari kepanitiaan PPMTRIAB tgl 28 April 2007 di Gedung THT, Jl. Proklamasi, Jakarta, sempat dihadiri b.e. N.A. Dt. Toemanggoeng walaupun agak terlambat.

Bersama ini disampaikan juga data penyumbang di Kepanitiaan PPMTRIAB
sampai tgl 1 April 2007.

Penerimaan Tunai:
Tanggal 8 Maret 2007
1. b.e. S.A. Dt. Bagindo Dipucuak 1000.000
2. Rky. Etty Ezaddin 1.000.000
3.Rky. Nina Reza 100.000
4. Rky. Welly Iskandar 250.000
5. Rky. Nuraimah Nazahar 500.000
6. Rky. Misdar Ayub Junus 500.000
7. Kel. Dr. Jasnir Asir 500.000
8. Kel. Ir. Sofyadi Roezin 100.000
9. Rky. Rama Budi 500.000
10. Rky. Dr. Nina Susanto 100.000
11. Nil Amilius 50.000
12. Rky. Emma Zubaidi 50.000
13. Rky. Ade Rofiena Indra 500.000
14. Rky. Harnawa Daufril 100.000

Tanggal 11 Maret 2007
15. Hamba Allah 10.000.000

Tanggal 12 Maret 2007
16. Kel. Syafril Nasution 2.000.000

Tanggal 13 Maret 2007
17. Rky. E. Asri 8.250.000

Tanggal 14 Maret 2007
18. Rky. W. Ferdy Salim 200.000
19. Rky. Ade Almatsier 1.000.000
20. Rky. Melly Ibrahim 100.000
21. Rky. Rifi Julchasmir 500.000
22. Rky. Shanty 50.000
23. b.e. A.S. Dt. Perpatih 790.000 berupa CD Rom

Tanggal 19 Maret 2007
24. Rky. Halmiati 1.000.000
25. Engku Moch. Ichsan Ramli 1.000.000
26. Engku George 150.000
27. Engku Qamaruzzaman 500.000
28. Engku Tikno Sunjoto 3.000.000
29. NN 100.000

Tanggal 20 Maret 2007
30. Engku Gainofri Djaafar 1.000.000
31. Rky. Izatildania Asri 1.000.000
32. CD Rom 50.000

Tanggal 29 Maret 2007
33. Kaum Dt. Bagindo Dipucuak 13.600.000

Tanggal 1 april 2007
34. Rky. Olivia Salagusta & Ari 300.000
35. Engku Salahuddin Moezbar 750.000

TOTAL 50.590.000

Penerimaan melalui BCA 679 0111107
Tanggal 9 Maret 2007
1. Rky. Dewi Gaizir 1.140.000
2. NN 200.000

Tanggal 12 Maret 2007
3. Engku H. Emil/H.M 2.000.000
4. Engku Husein Heyder 500.000
5. Rky. J. Elly N (Dary dan Elly) 2.000.000

Tanggal 13 Maret 2007
6. Rky. Juliati Effendi 100.000
7. Rky. Anneke Adam 500.000
8. Kel Nuzwari Chatab 250.000
9. Rky. Ratna Ondang 500.000
10. b.e. Sj. Dt. Putieh 1.500.000
11. b.e. Prof. H. Hanif Dt. Magek Labiah 100.000
12. Engku Norman 100.000

Tanggal 14 Maret 2007
13. Rky. Erna Nasrul 250.000
14. NN 2.000.000
15. Engku Alesandor Beniko 50.000
16. Rky. Fauzia Simun/Rky. H. Rukmini Simun 500.000

Tanggal 20 Maret 2007
17. Rky. Isriani Djaafar (Rky. Gadis, Ria, E…) 2.000.000
18. Engku Chaerul Hafidin 1.000.000
19. Rky. Indah Juwita 500.000
20. Kaum Dt. Maharajo 7.500.000

Tanggal 21 Maret 2007
21. Engku Adang sunarto 500.000
22. Kel. Achmad Isfarain 500.000

Tanggal 22 Maret 2007
23. Kel. Rizaldy Latief 250.000
24. Rky. Mirdhawaty 200.000

Tanggal 23 Maret 2007
25. Daniel Esfandiary 500.000
26. Isnaini Azizah 2.000.000

Tanggal 26 Maret 2007
27. Wira Adiputra 150.000
28. Ny. Juni Jamaludin 250.000
29. Rky. Olivia Salagusta 1.000.000
30. Kel. Arisan KG-Pamulang (rky. Via) 1.500.000

Tanggal 27 Maret 2007
31. b.e. I.Z Dt. Gunuang Ameh 1.000.000

Tanggal 28 Maret 2007
32. Rky. Darwina Widjayanti 1.000.000
33. Kaum Dt. Palindih 5.000.000

Tanggal 30 Maret 2007
34. Rky. Susanti Bachtiar 500.000
35. Rizal, Wiyanti, Tino 250.000

TOTAL 37.290.000

Roehana Koedoes

Roehana Koeddoes begitu sapaan yang lengket pada sosok perempuan yang satu ini. Gadis kelahiran Kotogadang, 20 Desember 1884 ini memiliki nama asli Siti Roehana. Roehana Koeddoes adalah putri dari pasangan Moehamad Rasjad Maharadja Soetan dan Kiam. Sebagai seorang wanita yang lahir di Kotogadang pada masanya, Roehana adalah sosok seorang anak yang beruntung dari segi pendidikan. Terlahir di tengah keluarga yang intelek membuatnya dapat memperoleh berbagai pengetahuan yang sukar untuk didapatkan wanita pada umumnya saat itu. Pada masanya wanita seperti terbelakang ketimbang kaum lelaki apalagi soal pendidikan, hal tersebut ikut mendorong banyak anak perempuan untuk tetap bertahan dalam “kodratnya”, tidak memikirkan kemajuan dan menjalani rutinitas di dapur saja. Maklumlah saat itu pengaruh pemerintahan Belanda yang menempatkan bumi putera pada golongan bawah nyaris menyentuh semua aspek kehidupan rakyat Indonesia. Namun bagi Roehana ia tidak ingin masuk dalam ketidakadilan tersebut. Hal inilah yang menjadi awal keberhasilan seorang Roehana Koeddoes.
Ayah Roehana adalah seseorang yang berhasil di bidang tulis menulis dan seorang pegawai pemerintahan. Beliau kerap bertugas keluar daerah karena ilmu dan prestasi yang dimilikinya. Roehana kecil pun selalu ikut bertugas dengan ayahnya. Dari segi ekonomi dan pendidikan ia tidak kesulitan. Meski saat itu tidak ada sekolah umum untuk anak perempuan Roehana tidak pantang menyerah untuk medapatkan ilmu. Ayahnya mengenalkan huruf pada Roehana. Alhasil diusia 5 Tahun Roehana mampu mengenal abjad Latin dan Arab dan juga Arab Melayu. Dan berkat bantuan orang tua angkatnya, Ibu Adiesa yang merupakan tetangganya sewaktu ia ikut tugas ayahnya ke Alahan Panjang, diusia 8 tahun Roehana sudah dengan lancar membaca dan menulis dalam abjad Arab, Latin, Arab Melayu, Bahasa Melayu, dan Belanda. Ibu Adiesa juga mengajarkan Roehana merenda. Dan kerap ilmu lainnya didapatinya secara otodidak dari buku, majalah dan surat kabar yang dimiliki ayah dan orang tua angkatnya. Pada tahun 1897 ibu kandung Roehana meninggal dunia, setelah melahirkan adik Roehana yang ke-6. Ayahnya pun menikah dengan Asiah, adik Kiam. Hal tersebut dilakukannya agar Asiah dapat mengasuh Roehana dan adik-adiknya. Ayah tetap saja sering keluar daerah untuk urusan pekerjaan, namun Roehana makin tumbuh menjadi gadis dewasa. Sewaktu ayahnya bertugas ke Medan, ia tidak ingin ikut lagi. Ia ingin balik ke Kotogadang dan memajukan kampungnya dengan ilmu yang dimilikinya. Di Kotogadang, Roehana dan adik-adiknya hidup dan tumbuh dengan bimbingan Tuo Sini.
Menggali berbagai ilmu sudah menjadi kegemaran tersendiri baginya. Ia lebih memilih belajar berbagai ilmu dan kepandaian ketimbang bermain-main dengan teman sebayanya. Meski awalnya mendapat ejekan dari teman di Kotogadang karena lakunya yang sering menyendiri dan belajar, namun lambat laun teman-temannya tertarik dengan apa yang dilakukannya. Kegiatan Reohana membacakan cerita untuk adik-adiknya mengundang ketertarikan teman-temannya untuk mendengarkannya. Tanggapan positif tersebut berlanjut, teman-teman Roehana tidak hanya tertarik untuk mendengar tapi ingin ikut bisa membaca layaknya yang dilakukan oleh Roehana. Hingga lambat laun Roehana mengajarkan teman-temannya yang tertarik untuk menulis dan membaca. Hal itu pun mendapat tanggapan yang bagus dari keluarganya. Pada tahun 1908, saat Roehana berusia 24 tahun Roehana menikah dengan Abdul Koeddoes yang juga merupakan salah seorang keponakan ayahnya atas perjodohan Tuo Sini. Abdul Koeddoes juga merupakan lelaki yang berwawasan luas dan dikenal dengan kepiawaiannya menulis untuk surat kabar. Ia sangat mendukung niat dan keinginan besar Roehana untuk memajukan pendidikan kaum perempuan.
Ritinitas Roehana untuk mengajar teman-temannya berkelanjutan. Ia membagi berbagai ilmu yang didapatinya selama ini. Namun pastinya jalan yang dijalani Roehana tidaklah mulus, banyak dari masyarakat yang berfikiran picik tentang apa yang dilakukan Roehana. Khususnya dari para orang tua mereka kerap melarang anaknya untuk belajar dengan Roehana karena dianggap kegiatan itu akan membuat anak-anak mereka lupa dengan “kodrat” mereka untuk mengurusi rumah, tidak hanya itu banyak lagi pemikiran-pemikiran negatif yang mencoba menghalang-halangi langkah baik Roehana. Hingga akhirnya pemikiran negatif tersebut beredar luas, murid Roehana makin hari makin berkurang karena takut dengan orang tua mereka. Lambat-laun Roehana letih dengan semua hujatan untuknya hingga ia sempat pindah ke Maninjau dan Padang Panjang, Roehana hidup di luar Kotogadang sekitar 3 tahun. Karena banyak murid yang meminta Roehana kembali ke kampung halaman lewat surat-surat yang dikirimnya pada Roehana, mereka meminta agar Roehana kembali ke kampung dan mengajar kembali, akhirnya tahun 1911 Roehana dan suaminya kembali ke Kotogadang.
Langkah Roehana makin kukuh untuk dapat memajukan pendidikan di Kotogadang. Ia mengadakan pertemuan dengan mengundang 60 Bundo Kanduang di Kotogadang dan juga yang berada di luar daerah (merantau). Roehana mengutarakan latar belakang, maksud, tujuan dan sejarah hidupnya secara panjang lebar. Tulisan Roehana mengundang desah kagum dari banyak kalangan. Niatnya untuk mendirikan sekilah untuk kaum perempuan akhirnya dapat diterima warga Kotogadang. Tahun 1911 berdirilah Sekolah Kerajinan Amai Setia (KAS) yang memberikan wadah untuk perempuan Kotogadang untuk menggali berbagai ilmu. Mulai dari tulis-menulis, budi pekerti dan berbagai keterampilan lainnya. Kepeduliannya pada pendidikan tidak berhenti sampai disitu. Berawal dari kegemarannya membaca lalu ia pun membiasakan menulis, ia pun memiliki gagasan untuk mendirikan surat kabar agar komunikasi dan misinya untuk memajukan perempuan dapat diperluas tanpa harus bertatap muka, namun punya sarana yang pasti seperti surat kabar. Dengan dukungan banyak pihak akhirnya Roehana mampu merintis surat kabar khusus untuk perempuan di tanah Melayu. Ia pun menerbitkan surat kabar Soenting Melajoe. Dimana Roehana menjabat langsung sebagai pimpinan redaksinya di Kotogadang dan dibantu oleh Ratna Djoewita di Padang. 10 Juli 1912 surat kabar Soenting Melajoe yang pertama terbit. Lewat surat kabar tersebutlah Roehana menyuarakan kepeduliannya terhadap nasib kaum perempuan di tanah Melayu dan berbagai hal lainnya yang berisikan penyemangat kaum wanita untuk maju. Roehana lahir sebagai wartawati dan pimpinan redaksi Surat Kabar Perempuan pertama di Indonesia. Kesungguhan dan dedikasinya yang tinggi untuk kemajuan perempuan membuka mata banyak perempuan melayu untuk hidup lebih maju dan tidak terlindas zaman.(Sinta*)

Syair Mesjid Kotogadang

Sebuah karya sastra melayu klasik “didaktis instruktif” kembali mengukir lembaran website Kotogadang kali ini yang dikemas dalam bentuk syair. Syair adalah salah satu karya sastra melayu klasik yang tergolong puisi. Pada sebuah karya sastra melayu klasik syair yang dituliskan oleh pengarang adalah ungkapan nyata perasaan hatinya atau suasana yang sedang dirasakan untuk mengawali cerita.

Sajoe hatikoe boekan seperti
Goendah goelana didalam hati,
Badankoe hidoep serasa mati,
Nasib menggoda selang berganti.

Allah2 toehan mahboet,
Rasa ta’dapat hamba menjeboet,
Air mata djatoeh sebagai riboet,
Iblis menggoda bereboet-reboet.

Manuskrip ini dikarang oleh MOHAMAD SJARIF yang bergelar SOETAN MAROEHOEM tertanggal terbitan 1929 berkisah tentang runtuhnya mesjid Kotogadang dengan judul karangan SJA’IR MESDJID KOTA GEDANG.
Menyimak bait demi bait syair yang ditulis rasanya sejarah yang pernah terjadi di Tahun1926 kembali terulang di tahun ini (6 Maret 2007). Dengan keelokan bahasa pengarang mencoba menggambarkan tragedi naas tersebut dalam penggalan syair berikut:

Takdir allha toehan djoendjoengan,
Boemi bergoencang tidak alangan,
Hari Isnajan pada bilangan
28 Joeni itu hitoengan.

Goencang pertama poekoel sepoeloeh,
Masdjid batoe menjadi loeloeh,
Isi negeri banjak mengeloeh,
Laksana malam kepadaman soeloeh.

Sanak saoedara moeda belaka,
Gempa besar membawa duka,
Hari Isnajan membawa doeka,
Tahoen 26 poela direka.

Senin, 28 Juni 1926 jam 10.00 (goncang pertama) dan jam 13.00 (goncang kedua)
Bukti otentik mengenai kejadian ini, menjelaskan bahwa sejarah akan terulang kembali pada generasi yang berbeda.
Sekelumit tentang ulasan tentang SYA’IR MESDJID KOTA GEDANG jilid pertama yang menjadi bukti nyata kepedulian dan kebersamaan masyarakat kita dalam menyikapi kejadian ini. Untuk lebih lengkapnya jika sanak saudara berkeinginan untuk mengetahui ikhwal tulisannya yang lebih kurang berjumlah 30 halaman, dapat di download pada kolom Seni & Budaya. (HI. St Bandaro Kaciak)